Beberapa waktu lalu aku mencoba memperbaiki sendiri lensa Jupiter-37A MC yang coating lensanya rusak parah, mengelupas di beberapa tempat pada elemen optik paling depan. Aku berpikir untuk sekalian menghilangkan saja coatingnya setelah melakukan riset di Google, yang akhirnya kuketahui hilangnya coating akan berpengaruh pada flare. Kupikir itu bukan masalah selama tidak banyak cahaya terang yang masuk ke lensa. Akhirnya kubersihkanlah lensa Jupiter-37A itu dengan menggosoknya hati-hati menggunakan tisu lembut dan sedikit pasta gigi yang abrasif, biasanya berwarna putih dan bukan hijau (ngga nyebut merk, ntar dikira promosi hehehe). Hasilnya, lumayan bersih meskipun ada beberapa spot masih ada coatingnya (terlihat dari perbedaan warna pantulan cahaya pada permukaan lensa), aku memutuskan berhenti menggosoknya karena takut akan meninggalkan goresan pada beling optik, bukan menghilangkan coatingnya.
A picture worths a thousand words. Blog ini menceritakan pengalaman-pengalamanku dalam belajar tentang fotografi.
Sunday, December 26, 2010
Lensa Normal Helios 58mm f/2
Sebelum mulai membahas The Famous Russian "Helios", apakah lensa normal itu? Di dalam fotografi, lensa normal adalah sebuah lensa yang sudut pandangannya sama atau mendekati sudut pandangan mata manusia. Lensa normal ini dalam dunia fotografi format 35mm biasanya mempunyai panjang fokal (focal length) 45, 50, 55, atau 58mm. Dalam dunia fotografi digital dengan sensor APSC (sensor yang dengan crop factor: 1.5 khususnya pada Sony Alpha-ku), sudut pandang normal bisa didapatkan dengan panjang fokal lensa 28 hingga 35mm. Kenapa begitu? Karena sensor APSC berukuran lebih kecil daripada luas sensor (dalam hal ini film) format 35mm, sehingga jika kita menggunakan lensa untuk format 35mm akan terjadi pemotongan (cropping) terhadap luas gambar. Pada kamera Sony Alpha-ku dengan crop factor 1.5, gambar yang dihasilkan oleh lensa Helios ini akan menjadi seperti gambar yang dihasilkan oleh lensa 87mm (1.5 x 58mm) pada kamera film (atau dikenal juga dengan kamera full frame: tanpa adanya crop). Sehingga, pada kamera APSC hasil lensa normal Helios ini menyerupai hasil lensa short tele.
Bingung? Tenang aja, aku pada awalnya juga bingung kok dengan crop factor dan APSC ini. Tetap gunakan kameramu dan terus membaca blog ini atau forum-forum fotografi, kamu akan menemukan sendiri jawabannya, karena kali ini aku hanya akan membahas lensa Helios 58mm f/2 yang aku miliki.
Bingung? Tenang aja, aku pada awalnya juga bingung kok dengan crop factor dan APSC ini. Tetap gunakan kameramu dan terus membaca blog ini atau forum-forum fotografi, kamu akan menemukan sendiri jawabannya, karena kali ini aku hanya akan membahas lensa Helios 58mm f/2 yang aku miliki.
Kenapa Helios ini begitu terkenal di kalangan pengguna lensa fokus manual, di Indonesia maupun di luar negeri?
Tuesday, December 21, 2010
Teknik Freezing
Nggak ada hubungannya dengan pabrik es batu, teknik freezing merupakan teknik fotografi untuk menangkap subyek yang bergerak dengan cepat. Sebagai ilustrasinya, jika masih ingat film The Matrix, di sana Keanu Reeves seolah-olah bisa menghentikan waktu dengan menghentikan semua benda di sekitarnya. Efek teknik freezing di dunia fotografi kira-kira seperti itu, bahkan mungkin Andy Wachowski terinspirasi oleh efek teknik ini.
Monday, December 20, 2010
Asahi Pentax Spotmatic F
Beberapa waktu lalu aku dapat kesempatan mengakuisisi kamera SLR film Asahi Pentax Spotmatic F lengkap dengan lensa wide SMC Takumar 35mm f/3.5 (namun kali ini kupasang soligor wide 28mm f/2.8 seperti nampak di gambar). Berbeda dengan Super Takumar 50mm f/1.4 yang sudah kupunyai sebelumnya, lensa wide ini memiliki tuas di bagian belakang yang bergerak menurut setelan bukaan diafragma. Aku sempat bertanya-tanya mengenai fungsi tuas ini, yang kemudian kuketahui ternyata berguna untuk TTL metering dengan difragma wide open.
Subscribe to:
Posts (Atom)