Halo!
Perkenalkan, aku seorang fotografer wanna-be yang sedang belajar bagaimana menggunakan DSLR Sony Alpha 290 dengan lensa kit DT 1855 dan beberapa lensa manual.
Latar belakangku bukan dari fotografi, apalagi pengguna SLR dengan film seluloid. Aku pertama kali mengenal fotografi menggunakan kamera saku merk Cannon. Perhatikan, Cannon dengan "n" ganda, yang hanya membutuhkan segulung film dan 2 buah batere AA. Masalah hasil, berdoa saja film yang dicetak di studio foto bagus jadinya, karena penggunaannya juga asal jepret.
Seiring dengan kemajuan jaman dan meningkatnya jumlah uang yang tersisih dari sakuku, aku berhasil mengakuisisi sebuah kamera digital point-and-shoot merk Canon (kali ini Canon betulan, dengan "n" tunggal) Powershot A430. Cukup berkesan, karena sebelumnya cuma bisa meminjam kamera digital milik kantor. Dengan instant preview aku tidak usah menunggu hasil jepretan dicuci di studio foto, melainkan langsung menilai hasilnya di jendela layar LCD dan menghapus hasil jepretan yang kurang memuaskan. Selain itu, aku pun bisa mereview teknik yang kupergunakan, apakah sudah benar atau belum.
Baru-baru ini aku beruntung bisa memanggil Sony DSLR A290 ke rumahku, yang kubeli online beserta SDHC merk Transcend 4GB Class 6 dan sebuah tripod Accura Spider. Sebuah permulaan yang cukup mewah buatku, mengingat harga DSLR -- bahkan yang entry level pun -- masih cukup mahal buatku.
Setelah beberapa kali mencoba jeprat-jepret dan mereview hasilnya, kudapati ternyata hasil yang kuperoleh tidak setajam dan secerah foto yang dihasilkan orang-orang. Mungkin karena teknik yang kupergunakan tidak tepat atau karena memang aku masih nubitol, aku merasa tidak puas dengan lensa kit bawaan Sony. Aku ingin mencoba menggunakan lensa lain!
Melihat-lihat harga lensa di internet, terutama lensa Sony automatic focusing, aku merasa gentar hendak membelinya. Tentu saja karena kocekku yang tidak sanggup menjangkaunya. Akhirnya dari berkunjung ke forum-forum fotografi dalam dan luar negeri, aku menemukan bahwa ada alternatif menggunakan lensa manual dengan bantuan adapter. Karena lensa yang populer adalah lensa manual dengan mounting ulir M42, akhirnya kuputuskan mencoba dan membeli sebuah Pentacon Auto 50mm f/1.8 second dengan tampilan bodi yang remuk namun optiknya masih cling. Bersamaan dengan itu kupesan pula adapter M42 ke MA (mount Sony/Minolta, tipe mount DSLRku) dengan AF confirm yang bisa memberi indikasi kalau lensa sudah fokus.
Aku merasa beruntung mendapatkan lensa prime Pentacon itu. Selain optiknya yang masih cling, hasilnya pun menurutku yang masih pemula ini sangat oke. Bokeh yang sulit kudapat dengan lensa kit dengan mudah kudapat dengan lensa manual ini.
Oke, demikian cerita tentangku, selanjutnya silakan melihat-lihat pengalamanku belajar fotografi. Salam!